Paket Wisata SemarangPerayaan menyambut bulan suci Ramadhan merupakan tradisi yang rutin dilakukan oleh masyarakat Semarang. Warisan budaya yang turun-temurun membuat perayaan ini menjadi tradisi unik yang menarik minat wisatawan untuk datang dan meliput.

Umat Islam sangat menantikan bulan suci Ramadhan sebagai waktu yang penuh berkah. Di bulan ini, mereka akan berpuasa selama sebulan penuh dan melakukan aktivitas ibadah secara lebih intens kepada Sang Pencipta. Umat Islam akan mengakhiri Ramadhan dengan merayakan Idul Fitri, sebuah perayaan yang menandai kelahiran kembali sebagai pribadi yang suci.

Karena hanya datang satu tahun sekali, antusiasme umat Islam dalam menyambut bulan yang suci ini tertuang dalam bentuk perayaan. Salah satunya di kota Semarang yang terkenal akan kekayaan budayanya. Di sini, menyambut bulan Ramadhan diadakan dengan pagelaran tradisi yang melibatkan partisipasi warga.

Kalau kamu berniat untuk menyambangi Semarang, kamu bisa datang menjelang Ramadhan supaya bisa melihat perayaan-perayaan ini. Yuk, ketahui apa saja yang dilakukan oleh warga Semarang dalam menyambut bulan Ramadhan.

Dugderan

Credit: Menpan

Warga Semarang ramai menyaksikan dan mengikuti tradisi perayaan Dugderan. Perayaan ini dilaksanakan tepat satu hari sebelum berpuasa dengan iring-iringan yang berjalan di sepanjang jalan.

Perayaan ini dilengkapi dengan tabuhan bedug dan suara kembang api meriam. Dari sinilah nama “Dugderan” tersebut berasal, yaitu suara dug dari bedug dan der dari ledakan kembang api. Selain bedug dan kembang api, Dugderan ini juga mengusung patung bernama Warak Ngendok yang menjadi tokoh utama dalam perayaan ini.

Warak Ngendok mewakili keragaman etnis di Semarang. Bentuknya mencerminkan campuran antara kepala naga dari etnis Peranakan, badan unta dari etnis Arab, dan kaki kambing dari etnis Jawa. Selain itu, terdapat ornamen dan kostum yang berwarna-warni dan menarik perhatian.

Tradisi Dugderan ini juga menjadi wadah bagi warga Semarang untuk saling bersilaturahmi, bertegur sapa, dan mempererat hubungan baik sebagai bagian dari menyambut Ramadhan.

Padusan

Credit: Kompas Travel

Masyarakat melakukan tradisi Padusan untuk menyambut bulan Ramadhan dengan mengunjungi mata air. Padusan berlangsung pada satu hari sebelum puasa dimulai.

Dalam Bahasa Jawa, Padusan berasal dari kata adus yang berarti mandi. Untuk menjalankan tradisi Padusan, masyarakat akan pergi ke sumber air seperti sumur atau sungai untuk mensucikan diri. Padusan bertujuan untuk menyucikan diri dan sebagai wadah introspeksi atas kesalahan di masa lampau, sehingga siap untuk berpuasa dan beribadah.

Pada awalnya, seseorang yang ingin melaksanakan Padusan akan mengunjungi mata air yang sepi seorang diri agar bisa bertapa dengan tenang. Kini, tradisi Padusan telah menjadi ajang berkumpul dan merayakan datangnya bulan Ramadan bersama-sama.

Baca Juga: Wisata Ramah Keluarga di Semarang yang Wajib Dikunjungi

Megengan

Credit: Rumah Kearifan

Sebagai salah satu upaya untuk menyambut bulan suci Ramadhan di Semarang ialah dengan melakukan “megengan” yang berarti “menahan”. “Menahan” berarti umat Islam diwajibkan untuk menahan diri dari lapar, haus, dan perbuatan buruk selama berpuasa.

Mereka menggelar acara pengajian dan makan bersama sanak saudara serta tetangga saat Megengan. Keluarga besar berkumpul di rumah atau surau/masjid untuk berdoa bersama dan menikmati hidangan lezat buatan bersama. Makanan yang tersaji biasanya berupa telur ikan pari dan ketupat sumpil, juga ada lauk-pauk lainnya.

Tradisi Megengan ini rupanya telah berlangsung sejak adanya Wali Songo, yang sedang menyebarkan agama Islam kepada masyarakat. Pada saat itu, orang-orang melakukan pendekatan yang halus agar masyarakat menerima Islam. Masyarakat kemudian menyebarluaskan tradisi Megengan dari tempat ini.

Masyarakat menyelenggarakan Megengan untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat berpuasa yang telah mereka terima.

Nyadran Makam

Credit: Suara Merdeka

Memiliki prosesi yang mirip dengan megengan, yaitu berdoa dan makan bersama, tradisi Nyadran Makam merupakan salah satu ritual menyambut bulan Ramadhan oleh masyarakat Semarang dan Jawa Tengah lainnya. Dalam Bahasa Jawa, nyadran berarti “mengunjungi”.

Nyadran Makam menjadi momen sakral bagi masyarakat untuk mengirimkan doa kepada para leluhur, memohon ampunan atas segala dosa mereka. Beberapa hari sebelum berpuasa, warga mengunjungi lahan makam untuk melakukan acara ini. Mereka membacakan doa-doa dan setelahnya, menikmati hidangan di atas tikar.

Meskipun tidak terlalu unik, Nyadran Makam ini memiliki arti yang mendalam. Hal ini mengajarkan kita untuk senantiasa mendoakan yang sudah meninggal dan mempererat tali silaturahmi dengan kerabat dan tetangga.

Itulah tadi beberapa tradisi yang unik dan berarti di Semarang untuk menyambut bulan Ramadhan. Kalau ke Semarang, jangan lupa untuk mengikutinya, ya. Selain untuk seru-seruan, kamu juga bisa menambah wawasan dan pengetahuan akan budaya Semarang yang beragam ini.

Jelajahi Keragaman Budaya Semarang

Keragaman budaya di Semarang kini bisa kamu jadikan sebagai tujuan wisatamu. Labiru Tour siap menemani kamu menjelajahi Semarang dan mengabadikan momen yang mengesankan. Kami menyediakan berbagai aktivitas, akomodasi, dan rute perjalanan. Wisata ke Semarang yang tak terlupakan, hanya bersama Labiru Tour.

Paket Wisata di Semarang

Kami Memiliki Paket Wisata Menarik untuk Kunjungan di Semarang