Trip Malang – Kampoeng Heritage Kajoetangan berada di pusat Kota Malang, berdekatan dengan balai kota dan alun-alun Kota Malang, tepatnya di Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen. Kampung ini telah menjadi saksi biru dari masa kejayaan kolonial yang berdiri sejak abad ke-13.
Kini, sisa-sisa keindahan masa lalu tersebut masih terjaga dengan baik, menciptakan potensi besar yang perlu dikembangkan lagi. Kampung Kayutangan mengusung konsep ‘heritage’ yang menggabungkan unsur, budaya, sejarah, dan ekonomi.
Pada tahun 2018, kampung ini diresmikan menjadi kampung tematik baru bernama “Kawasan Heritage Kajoetangan”, rumah-rumah lama yang masih terawat disulap menjadi spot dan tempat wisata. Adapun hal ini diharapkan dapat mendorong aktivitas ekonomi di dalamnya, karena lokasinya yang cukup strategis karena diapit oleh 3 akses masuk utama.
Daya Tarik Kampoeng Heritage Kajoetangan Malang
Berkat keindahannya, Desa Wisata Heritage Kajoetangan dinobatkan menjadi juara lima di antara delapan desa wisata terbaik kategori desa wisata digital dan kreatif.
Ada beragam aktivitas menarik yang dapat dinikmati di destinasi wisata ini, dan juga banyak spot-spot foto Instagramable yang sayang banget untuk dilewatkan. Berikut spot wisata yang ada di Kampung Kayutangan :
Rumah Namsin
Rumah Namsing merupakan sebuah bangunan ruko yang terletak di Jalan Basuki Ahmad No. 31, yang memiliki sejarah menarik. Diperkirakan dibangun pada tahun 1990-an, bangunan ini pertama kali dimiliki oleh seorang Belanda bernama Van Doorene.
Pada tahun 1924-1940, rumah ini berfungsi sebagai toko mesin jahit Singer, sementara bagian belakangnya digunakan untuk produksi es lilin. Saat ini, Rumah Namsin ditransformasikan sebagai rumah tinggal sekaligus toko dengan gaya arsitektur Nieuwe Bouwen.
Toko ini mengusung gaya khas internasional yang ditandai dengan volume berbentuk kubus, atap datar, serta minim ornamen. Ruangannya berbentuk persegi panjang dan dominasi warna lembutnya menambah kesan elegan serta minimalis.
Baca Juga: Rekomendasi 5 Restoran Romantis di Malang, Wujudkan Dinner Date Impianmu
Gubuk Ningrat
Berlokasi di Jl. AR. Hakim II No. 1190, bangunan ini telah berdiri sejak tahun 1964.Dengan menampilkan gaya arsitektur jengki yang khas, rumah ini masih mempertahankan keaslian batu pondasi, teralis, dan jendela dengan kaca es yang khas.
Salah satu ciri khas yang mencolok dari Gubuk Ningrat adalah mahkota yang berada d puncak banguan, yang mengisyaratkan bahwa pemilih rumah berasal dari kalangan saudagar.
Rumah Jamu
Dibangun sekitar tahun 1940-an, Rumah Jamu terletak di Jl. AR Hakim II No.7. Dulunya rumah ini merupakan tempat pengobatan Shin She atau pengobatan tradisional asal Tiongkok.
Di sinilah jamu seduh dengan aneka ramuan khasnya diproduksi untuk mendukung praktik pengobatan tersebut. Hingga saat ini, bangunan bergaya kolonial ini masih difungsikan sebagai tempat berjualan jamu seduh.
Pasar Krempyeng
Pasar Krempyeng atau biasa dikenal juga sebagai Pasar Talun, berlokasi di tengah pemukiman warga, tepatnya di RW 01, Kauman, Klojen. Pasar ini hanya buka pada pagi dan sore hari. Ada banyak kuliner yang ditawarkan di pasar ini tentunya sangat menggugah selera, biasanya yang dijual adalah berbagai menu sarapan dan makanan khas tradisional.
Pada tahun 2019, pasar ini pernah mengalami pembaruan setelah sempatnya pernah berhenti beroperasi. Pasar ini memiliki keunikan yang tidak hanya pada makanannya saja, tetapi pada hiburan budaya yang ditawarkan di sekitarnya.
Pengunjung dapat menikmati pertunjukan tari topeng Malang dari Kampoeng Budaya Polowijen, serta mendengarkan musik keroncong yang dimainkan di Pasar Talun.
Terowongan Semeru
Terowongan Semeru ini dulunya merupakan bagian dari struktur Jembatan Sekabrom yang terletak di Jalan Semeru di atas Kali Sukun. Terowongan ini diperkirakan sudah berdiri sejak tahun 1850-an.
Terowongan ini dialihfungsikan sebagai jalan penghubung antara kawasan pemukiman Ijen dengan pusat pemerintahan. Selain itu, pada masa Agresi Militer Belanda II, terowongan ini dijadikan sebagai tempat persembunyian pejuang.
Makam Mbah Hongo
Terletak di wilayah RT 01/RW 09. Lokasi makam ini dulunya merupakan komplek besar bagi para sesepuh keturunan Adipati Malang. Pada tahun 1830, setelah peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro, seluruh panglima perang berpencar ke seluruh penjuru Jawa Timur.
Salah satunya adalah Pangeran Honggo Koesoemo, yang dikenal sebagai Mbah Honggo, beliau berperan aktif menyebarkan agama Islam di daerah ini.