Paket Wisata SoloMasyarakat suku Jawa, terutama di Surakarta, menganggap bulan Suro atau Muharram sebagai bulan yang sangat sakral. Mereka menganggap bulan ini sebagai penanda tahun baru Islam dalam kalender Hijriyah. Selain itu, bulan ini dipercaya mendatangkan berkah dan rahmat dari Tuhan.

Sebagai bentuk rasa syukur, masyarakat Jawa membuat perayaan khusus untuk menyambut bulan Suro. Masyarakat menjadikan perayaan ini sebagai agenda tahunan yang rutin mereka laksanakan di berbagai daerah di Jawa Tengah, terutama di Surakarta. Mereka telah melestarikan tradisi ini secara turun-temurun hingga kini.

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar Kirab Malam Satu Suro setiap tahunnya. Prosesi ini melibatkan segenap abdi dalem dan warga yang ikut mengiringi iring-iringan. Dalam Bahasa Jawa, istilah “kirab” memiliki arti “iring-iringan,” yang mencerminkan tradisi ini.

Bagi masyarakat Surakarta, Kirab Malam Satu Suro menjadi momen untuk merenung dan memperbaiki diri. Tradisi ini memiliki sejarah panjang dan makna mendalam yang terus dijaga oleh generasi penerus.

Sejarah Kirab Malam Satu Suro

Credit: Liputan6 Lifestyle

Pada awalnya, peringatan malam 1 Suro bermula sejak pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo pada abad ke-17 Kerajaan Mataram. Pada saat situ, sang Sultan mengubah dan menetapkan penanggalan Jawa dari yang semula merupakan penanggalan Saka atau penanggalan Hindu. Masyarakat Jawa telah turun-temurun merayakan Malam 1 Suro sebagai permulaan tahun baru.

Pemkot Surakarta menyebutkan bahwa Kirab Malam Satu Suro bermula dari kebiasaan Pakubuwono X, penguasa Surakarta pada abad ke-17. Pakubuwono X rutin mengelilingi tembok Baluwarti setiap Selasa dan Jum’at Kliwon. Selama berkeliling, seekor kerbau bule bernama Kyai Slamet selalu menemani beliau.

Konon, nama tersebut berasal dari tombak Kyai Slamet yang selalu dibawa oleh Pakubuwono X. Kerbau bule ini kemudian lebih dikenal dengan nama kebo bule dan diyakini sebagai pembawa rahmat dan keuntungan. Dalam Kirab Malam Satu Suro sendiri, tombak dan kebo bule inilah yang merupakan tokoh utama dalam perayaan.

Prosesi Kirab

Credit: Jurnal Harian Kota

Kirab melibatkan banyak peserta, mulai dari keluarga Keraton, abdi dalem, hingga warga biasa. Barisan kebo bule beserta pawangnya membuka jalan dalam kirab, disusul oleh keluarga Keraton. Setelah itu, para abdi dalem, putra-putri sinuhun, serta pembesar yang membawa sepuluh pusaka Keraton turut dalam iring-iringan.

Peserta kirab menggunakan busana adat Solo yang didominasi warna hitam. Peserta pria mengenakan busana Jawi, sedangkan peserta wanita memakai kebaya dan kain. Warga biasa juga dapat mengikuti kirab dengan mengenakan pakaian yang sopan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kirab dimulai pukul 11 malam dari Keraton Solo. Iring-iringan bergerak melewati Jalan Pakoe Boewono, Bundaran Gladag, dan Jalan Jenderal Sudirman. Selanjutnya, kirab mengunjungi titik-titik penting di Kota Surakarta, termasuk Benteng Vastenburg dan beberapa jalan utama. Setelah menyelesaikan rute, kirab kembali menuju Bundaran Gladag sebelum masuk kembali ke dalam Keraton.

Keunikan kirab terlihat dari antusiasme warga menyambut barisan kebo bule. Orang-orang berusaha menyentuh dan bahkan mengambil kotoran kebo bule karena percaya hal itu membawa berkah. Selain itu, panitia mewajibkan peserta kirab untuk melakukan tapa bisu, yaitu tidak berbicara atau bersuara selama prosesi berlangsung. Hal ini menjadi bentuk perenungan diri atas perbuatan selama setahun terakhir.

Baca Juga: 5 Tradisi Budaya di Solo yang Masih Eksis Hingga Sekarang

Makna Kirab

Credit: Kompas Tren

Masyarakat memperingati Kirab Malam Satu Suro sebagai awal tahun baru dan sebagai momen yang penuh makna tentang kehidupan manusia. Mereka menjadikan Kirab Malam Satu Suro sebagai ajang untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus melakukan refleksi diri terhadap perbuatan selama hidup.

Dengan memperingati malam 1 Suro ini, peserta memiliki harapan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan akan ada hal-hal yang baik pula yang mengelilingi mereka. Jadi, Kirab Malam Satu Suro ini bukan sekedar iring-iringan semata, namun juga sebagai bagian dari tradisi yang menyimpan nilai-nilai kemanusiaan.

Menikmati Kekayaan Budaya Solo

Jelajahi tempat-tempat bersejarah dan tradisi budaya di Solo dalam perjalanan yang menyenangkan. Labiru Tour menyediakan berbagai paket liburan ke Solo, terjangkau dan tidak terlupakan. Kunjungi laman Labiru Tour untuk mulai menjelajahi Solo dan mendapatkan pengalaman liburan yang menyenangkan.

Paket Wisata di Solo

Kami Memiliki Paket Wisata Menarik untuk Kunjungan di Solo