Tour Jogja – Berbicara tentang situs cagar budaya di Yogyakarta, tidak lengkap jika tidak membicarakan salah satu situs yang satu ini.
Sejak dibuka pada tahun 2015 oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya, situs Warungboto yang terletak di Jalan Veteran No. 77, Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta ini semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan.
Tidak hanya wisatawan asing, tetapi wisatawan lokal pun ikut meramaikan situs yang bernama lain Pesanggrahan Rejawinangun atau Pesanggrahan Warungboto ini.
Apa sebenarnya yang membuat situs cagar budaya satu ini ramai? Penasaran? Simak terus penjelasannya dalam artikel ini.
Sejarah dan Perkembangan Situs Warungboto
Pesanggrahan Warungboto yang memiliki arsitektur bangunan mirip dengan Istana Air Tamansari ini dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono II ketika menjadi putra mahkota pada periode tahun 1765-1792.
Berdasarkan Babad Momana serta Serat Rerenggan dijelaskan bahwa Pesanggrahan Rejawinangun mulai dibangun pada tahun 1711 Jw (1785 M) yang merupakan karya sang Putra Mahkota yaitu KGPAA Hamengkunegara. Kemudian pada tahun 1792, Putra Mahkota tersebut naik tahta, bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono II.
Selama periode sebagai Putra Mahkota (1765 M – 1792 M) dirinya sudah mulai membangun beberapa pesanggrahan di antaranya Pesanggrahan Rejawinangun, Purwareja, Pelem Sewu, dan Reja Kusuma.
Ditemukannya sebuah mata air di situs Warungboto ini yang disebut tuk umbul menandakan bahwa fungsi Pesanggrahan Warungboto juga merupakan tempat mandi keluarga Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Pesanggrahan ini dibangun pada dua sisi yaitu barat dan timur, menghadap Sungai Gajah Wong dengan dilengkapi taman, segaran, kolam, serta kebun di sisi timurnya.
Untuk di sisi baratnya, berdiri kompleks bangunan berkamar dan juga dua kolam pemandian.
Kolam pemandian yang pertama berbentuk lingkaran dengan diameter 4,5 meter dan pada bagian tengahnya memiliki pancuran air atau yang disebut dengan tuk umbul. Sedangkan kolam yang kedua berbentuk persegi panjang dengan ukuran sisi 10 meter x 4 meter. Kedua kolam itu saling berhubungan.
Selain dijadikan sebagai tempat mandi keluarga keraton, pesanggrahan ini juga berfungsi sebagai benteng pertahanan dari sisi timur Keraton Ngayogyakarta.
Pada awalnya, pesanggrahan ini dibangun menggunakan batu bata, tanpa membutuhkan struktur kayu sama sekali. Sehingga bangunan ini berdinding tebal yang khas, seperti bangunan tua yang masih tersisa sampai sekarang.
Sejak tahun 1900-an, karena mata air untuk kolam pemandiannya sudah semakin mengering hingga tidak mengeluarkan air lagi, maka pesanggrahan ini mulai ditinggalkan oleh keluarga keraton.
Kemudian pada tahun 2009 dan 2015 dilakukan pemugaran beberapa kali sehingga terlihat perbedaan yang mencolok pada bangunan aslinya yang awalnya berwarna gelap kehitaman, menjadi bangunan baru yang warnanya lebih terang.
Dalam pemugaran ini, bangunan yang mengalami kerusakan yang signifikan telah dirobohkan, sementara yang masih dalam kondisi baik dilakukan perbaikan.
Baca Juga: Eksplorasi Alam Sungai Mudal, Kesegaran Tersembunyi di Yogyakarta
Sebagai acuan, digunakan foto dan peta gambar rekonstruksi yang dihasilkan dari pemetaan yang dilakukan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Yogyakarta pada tahun 1982. Informasi juga merujuk pada studi teknis yang dilakukan terhadap Situs Warungboto pada tahun 2007.
Kesan megah Pesanggrahan Warungboto terpancar dari kestabilan dindingnya serta struktur bangunan yang dilengkapi dengan lorong, pintu, dan jendela berdesain lengkung di bagian atas, memberikan sentuhan eksotis yang lebih menonjol.
Situs Warungboto biasa digunakan oleh masyarakat sekitar ataupun wisatawan untuk sekedar bersantai bersama teman dan keluarga, bahkan terkadang digunakan sebagai tempat pre-wedding.
Pengunjung dapat masuk pada jam buka pukul 07.00 hingga 16.00 WIB. Baik masuk untuk berkunjung maupun acara pre-wedding tidak dipungut biaya apapun dari pihak pengelola Situs Warungboto.
Untuk berkunjung ke sini, wisatawan harus mematuhi larangan-larangan yang ada. Diantaranya adalah tidak diperbolehkan memakai sepatu heels dan melakukan vandalisme.
Pengunjung yang datang ke Situs Warungboto juga harus ikut serta menjaga bangunan cagar budaya dan tidak boleh merusaknya, selain itu juga harus bertutur kata sopan.
Untuk mengunjungi situs ini, kamu hanya perlu membayar biaya masuk secara sukarela, serta membayar biaya parkir sebesar Rp3.000,00 untuk motor dan Rp10.000,00 untuk mobil.
Nah, itu dia penjelasan tentang Situs Warungboto. Tertarik untuk mengunjunginya?