Paket Wisata JogjaBakpia Jogja, siapa yang tidak mengenal camilan khas Yogyakarta ini? Rasanya yang manis dan lezat, serta teksturnya yang lembut, membuat bakpia menjadi favorit banyak orang. Namun, tahukah kamu bahwa di balik kelezatannya, bakpia Jogja memiliki sejarah panjang dan kaya?

Bakpia Jogja telah ada selama lebih dari satu abad. Asal-usulnya dapat ditelusuri kembali ke masa kolonial Belanda, ketika para pedagang Tionghoa di Yogyakarta mulai membuat kue manis yang terinspirasi dari kue mooncake. Seiring waktu, bakpia berkembang menjadi camilan khas Yogyakarta yang populer hingga saat ini.

Kini, bakpia menjadi salah satu ikon wisata Yogyakarta. Banyak wisatawan yang mengunjungi Yogyakarta tidak lengkap rasanya jika tidak mencicipi atau membawa pulang bakpia sebagai buah tangan. Bakpia Jogja tersedia dalam berbagai rasa dan ukuran, sehingga kamu dapat memilih sesuai dengan selera.

Jika kamu ingin mengetahui lebih dalam mengenai bakpia Jogja, sejarahnya, dan berbagai jenis bakpia yang ada, artikel ini akan mengajak kamu untuk menjelajahi dunia bakpia Jogja yang penuh cerita dan cita rasa istimewa. Yuk, simak selengkapnya di artikel ini!

Sejarah Bakpia Jogja

Credit: Radar Madura

Bakpia memiliki sejarah panjang yang menarik. Konon, bakpia pertama kali dibawa oleh pendatang asal Tiongkok bernama Kwik Sun Kwok ke Yogyakarta pada tahun 1940-an. Saat itu, Kwik menyewa sebidang tanah di Kampung Suryowijayan, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta milik seorang warga lokal bernama Niti Gurnito.

Kwik Sun Kwok awalnya menggunakan minyak babi dalam resep bakpia yang ia bawa. Namun, ia memodifikasi resepnya seiring waktu agar semua kalangan, termasuk umat Muslim, dapat menikmati bakpia tersebut. Modifikasi ini termasuk mengganti minyak babi dengan minyak nabati dan menambahkan berbagai rasa baru selain kacang hijau, seperti keju, durian, dan coklat.

Produsen mulai memproduksi bakpia secara massal di Desa Pathuk, Yogyakarta, sekitar tahun 1948. Sejak itu, masyarakat mengenal bakpia Pathuk dengan nama bakpia pathok, dan banyak orang menjadikannya salah satu oleh-oleh khas Yogyakarta yang paling populer.

Hingga saat ini, terdapat banyak toko bakpia di Yogyakarta, terutama di kawasan Pathuk. Masing-masing toko memiliki resep dan ciri khasnya sendiri, sehingga menghasilkan bakpia dengan rasa dan tekstur yang berbeda-beda.

Asal Usul Nama Bakpia

Credit: Tribun Jogja

Nama bakpia sendiri berasal dari bahasa Tionghoa dialek Hokkien (Hanzi: 肉餅), salah satu rumpun bahasa Tionghoa. Kata ini terdiri dari dua kata, yaitu Bak (肉) yang berarti “daging” dan Pia (餅) yang berarti “kue”. Secara harfiah, bakpia berarti “roti berisikan daging”. Namun, di negeri asalnya, bakpia berisikan daging yang diolah dan memiliki ukuran yang lebih besar daripada Bakpia Pathok.

Di Indonesia, bakpia dikenal sebagai pia atau kue pia. Meskipun nama bakpia secara harfiah berarti “roti berisikan daging”, bakpia yang kita kenal di Indonesia tidak mengandung daging babi. Hal ini karena resep bakpia dimodifikasi agar dapat diterima oleh semua kalangan, termasuk umat Muslim. Modifikasi ini termasuk mengganti minyak babi dengan minyak nabati dan menambahkan berbagai rasa baru selain kacang hijau.

Masyarakat tetap menggunakan nama bakpia meskipun isiannya tidak lagi mengandung daging. Nama tersebut tetap melekat karena sudah dikenal luas dan akrab di kalangan masyarakat. Terutama semenjak bakpia menjadi salah satu oleh oleh khas Yogyakarta.

Baca juga: 10 Oleh-oleh Wajib Jogja, Bikin Nagih!

Cita Rasa Bakpia Jogja

Credit: Dolan Digital

Bakpia menawarkan cita rasa khas dengan kombinasi manis dan gurih. Campuran kacang hijau dan gula pasir menciptakan rasa manis, sedangkan kulit dari tepung terigu menghasilkan sensasi gurih. Tekstur garing di luar dan lembut di dalam menjadikan bakpia sebagai ciri khas yang banyak orang sukai.

Bahan utama bakpia meliputi kacang hijau, gula pasir, tepung terigu, minyak nabati, garam, dan air. Pengolah bakpia menggunakan kacang hijau split yang telah dikupas sebagai isian utama. Mereka membentuk kulit bakpia dengan tepung terigu, menggorengnya menggunakan minyak nabati, menambahkan garam untuk cita rasa, dan mencampur bahan-bahan tersebut dengan air.

Kini, bakpia hadir dengan berbagai isian selain kacang hijau klasik, seperti keju, cokelat, durian, kumbu hitam, dan nanas. Variasi ini menambah daya tarik bakpia sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta. Lebih dari sekadar camilan, bakpia menjadi simbol warisan budaya yang terus memikat hati wisatawan dan pecinta kuliner.

Bagi kamu yang ingin merasakan sensasi kelezatan bakpia Jogja secara langsung, jangan ragu untuk mengunjungi Yogyakarta. Di sana, kamu dapat menemukan berbagai macam bakpia dengan rasa dan ukuran yang beragam. Selain itu, kamu juga dapat melihat langsung proses pembuatan bakpia dan menjelajahi sejarahnya yang panjang. Yuk, rasakan cita rasa istimewa bakpia Jogja dan jadikan momen liburanmu di Yogyakarta semakin berkesan!