Desa Adat Bali – Bali selama ini tak hanya dikenal karena keindahan alamnya saja. Pulau Dewata juga memiliki kekayaan adat dan budayanya yang sangat kental meskipun arus modernisasi yang terus menghajar Bali. Untuk bisa melihat betapa kaya dan kentalnya budaya Bali, kamu bisa datang ke 3 desa adat di Bali. Di sini, kamu dijamin akan merasa ingin kembali lagi karena ketiga desa adat di Bali ini begitu istimewa. Lalu, mana saja sih, desa adat yang harus kamu kunjungi di Bali ? Labiru punya jawabannya spesial hanya untukmu.
Tiga desa adat di Bali yang paling terkenal adalah Desa Panglipuran, Desa Trunyan, dan Desa Tenganan. Ketiga desa tersebut penduduknya merupakan kaum Bali Mula, atau banyak masyarakat Bali lainnya menyebutnya sebagai Bali Aga.
Desa Adat Panglipuran Bali | Desa Adat Di Bali Terapih
Desa adat yang harus kamu kunjungi di Bali, yang pertama adalah desa Panglipuran. Penduduk Desa Panglipuran adalah masyarakat Bali Aga yang berada di dataran tinggi di kaki Gunung Batur. Tepatnya berlokasi di Desa Kubu, Kabupaten Bangli, yang berjarak sekitar 45 kilometer dari pusat Kota Denpasar.
Disini kamu akan mendapati suasana desa yang tenang dan asri, karena letaknya yang berada di dataran tinggi. Desa Panglipuran ini memiliki keunikan lain yang tak dimiliki desa adat lain yang ada di Bali. Keunikan dari desa Panglipuran adalah rumah-rumah penduduknya yang nampak seragam di bagian depannya. Kamu juga bisa melihat keindahan desa ini sepanjang lorong desa yang rapi dan cantik. Kamu bisa berjalan melalui lorong ini yang menanjak keatas, dan juga membagi desa menjadi tiga bagian, sesuai dengan Tri Hita Karana (hubungan manusia dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan.
Keunikan lain dari desa ini adalah tidak di perbolehkannya kendaraan bermotor untuk masuk kawasan desa ini. Sehingga para tamu yang datang ke desa ini harus berjalan kaki karena mobil harsu di parkir diluar desa. Benar-benar contoh desa yang go green.
Desa Tenganan
Desa adat yang harus kamu kunjungi di Bali selanjutnya adalah Desa Tenganan. Desa Tenganan adalah desa adat yang berada di Kabupaten Karangasem, yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Kota Denpasar. Di desa Tenganan, kamu akan melihat bagaimana desa ini begitu menjaga adat dan tradisi ajaran dari nenek moyangnya.
Keunikan masyarakat Tenganan adalah kuatnya mereka menjaga adat dan tradisi leluhur. Di desa ini terdapat hukum adat bernama awig – awig. Contoh dari pelaksanaan dari awig – awig adalah larangan untuk memiliki istri lebih dari satu, dan juga larangan untuk bercerai.
Meskipun begitu, Desa Tenganan sudah sangat terbuka menerima sesuatu yang baru dan modern. Masyarakat di sini sudah terbiasa dengan listrik, alat komunikasi terkini, dan juga transportasi. Anak-anak di desa adat tenganan ini juga sangat didorong untuk memiliki pendidikan yang tinggi.
Salah satu karya khas dari Desa Adat Tenganan adalah kain gringsing yang merupakan karya asli masyarakat desa Tenganan.
Selain itu, sebagaimana di desa adat lainnya, di Desa Tenganan terdapat aturan yang mengatur sistem pemerintahan, hak tanah dan hak sumber daya alam, perkawinan, pendidikan, hingga upacara adat.
Desa Trunyan | Desa Adat di Bali Terpopuler
Bisa dibilang, di antara desa adat lain yang ada di Bali, Desa Trunyan adalah yang paling terkenal hingga ke Mancanegara karena keunikannya. Keunikan desa yang berada di pinggir Danau Batur ini adalah prosesi pemakamannya yang terkenal. Karena itulah Desa Trunyan masuk daftar desa adat yang harus kamu kunjungi di Bali.
Untuk bisa sampai ke desa yang berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ini, kamu harus menyeberangi Danau Batur menggunakan perahu.
Tradisi unik masyarakat Desa Trunyan adalah tidak menguburkan jenazah, tetapi hanya dibaringkan di atas tanah di bawah pohon kemenyan, yang oleh warga sekitar disebut sebagai Sema wayah.
Disekitar Sema Wayah sendiri hanya terdapat 11 makam, sehingga jenazah diletakkan secara bergantian. Masyarakat Desa Tenganan tidak menambah jumlah makam karena sudah ada aturan tegas dari leluhur mereka mengenai hal ini. Kalau ada jenazah baru, jenazah yang sudah lama, atau yang sudah hanya tinggal tulang belulang akan dikeluarkan dan digantikan dengan jenazah yang baru.
Meskipun jenazah tidak dikuburkan dan terkesan berserakan, tetapi tidak tercium aroma busuk di sini. Masayarakat Desa Tenganan percaya pohon kemenyan, atau biasa disebut taru menyan punya aroma tersendiri hingga bisa menetralkan aroma busuk di sekitar makam.
Selain Sema Wayah, ada juga Sema Muda dan Sema Bantas, dua makam lain di desa Trunyan. Sema Muda khusus untuk bayi yang  meninggal dan dikubur, sedangkan Sema Bantas adalah pemakaman untuk orang yang meninggal karena kecelakaan dan harus dikubur.
Selain berkutat dengan pemakaman, di Desa Trunyan terdapat Pura Dalem yang menjadi tempat persembahyangan. Pura ini juga menjadi obyek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan karena lokasinya bersebelahan dengan Kuburan Trunyan.
Selain aktivitas tadi, kamu bisa bersantai di pinggir Danau Batur, atau bahkan bisa mendaki ke Gunung Batur.
Betapa kayanya negeri kita, memiliki banyak destinasi wisata yang sangat unik dan khas. Tugas kita adalah menjaganya. Bagaimana dengan kamu, sudah siap mengeksplore destinasi indah lain di Indonesia ? Untuk liburanmu yang seru, jangan lupa hanya bersama Labiru.